RINGKASAN:
MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT
BERKURANGNYA HUTAN HUJAN TROPIS DI INDONESIA
Hutan
hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar
garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat
tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi,
bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia.
Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang
senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan
kalimantan, hutan sumatera, dsb.
Hutan
hujan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan yang paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007), antara tahun 1990 – 2005, negara ini telah
kehilangan lebih dari 28 juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan.
Penurunan hutan-hutan primer yang kaya secara biologi ini adalah yang kedua di
bawah Brazil. Jumlah hutan-hutan di Indonesia makin menurun dan banyak
dihancurkan karena aktivitas manusia. Data pada tahun 1960-an, sebanyak
82% luas negara Indonesia ditutupi oleh hutan hujan tropis, turun menjadi 68%
di tahun 1982, 53% di tahun 1995, dan 49% pada saat ini. Umumnya, hutan
tersebut bisa dikategorikan sebagai hutan yang telah terdegradasi
Dengan semakin
berkurangnya hutan hujan tropis di Indonesia, maka
sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana
kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan
2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022
korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut
merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas
penanggulangan Bencana, 2003].
Selain itu, Indonesia
juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini
merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan
tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi
sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia,
menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan
meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat
kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup
berdampingan dengan hutan.
Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat
menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Fungsi
hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya
pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin
seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di
musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi
perekonomian masyarakat.
Kerusakan hutan menyebabkan berkurangnya hutan hujan
tropis sehingga menimbulkan beberapa dampak negatif yang
besar di bumi:
1.
Efek Rumah Kaca (Green house effect).
Hutan
merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2.
Berkurangnya hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara
dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas
ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang
mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar matahari yang
berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh
pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan
dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga
terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca.
Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau perubahan
iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan
semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan
mencair. Hal ini akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa
kota dan wilayah di pinggir pantai akan terbenam air, sementara daerah yang
kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin kering.
2.
Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan
Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet
yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan hutan,
meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan
ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin
lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet
akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan
kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.
3.
Kepunahan Species
Hutan
di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya
hutan sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan
mengalami kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun
yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan
satu species (punah) dan kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh tahun terakhir ini.
4.
Merugikan Keuangan Negara.
Sebenarnya
bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur dan adil,
pendapatan dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi adalah
sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah produksi kayu bulat yang legal (ada
ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal kebutuhan konsumsi kayu
keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan terdapat
kesenjangan antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3.
Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi dari pencurian kayu (illegal loging).
Dari praktek tersebut diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia mencapai
Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan
dianggap masih kecil yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah
untuk masyarakat Indonesia.
5.
Banjir.
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir. Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata.
Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir. Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata.
6.
Hilangnya budaya masyarakat
Dirasakan sangat nyata bahwa hutan
menjadi sumber penghidupan dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai
ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti simbol-simbol dan maskot yang
diambil dari hutan, misalnya Harimau sebagai maskot dari Reog, pencak silat
sebagai seni bela diri Indonesia, Bekantan sebagai maskot dari Kalimantan, dan
sebagainya. Jika semua ini punah maka hilanglah sumber inspirasi dan kebanggaan
dari masyarakat setempat.
Untuk menghentikan kerusakan hutan yang
menyebabkan berkurangnya hutan hujan tropis di Indonesia, maka pemerintah harus mulai
serius untuk tidak lagi mengeluarkan ijin-ijin baru pengusahaan hutan,
pemanfaatan kayu maupun perkebunan, serta melakukan penegakan hukum terhadap
pelaku ekspor kayu bulat dan bahan baku serpih. Pemerintah juga harus melakukan
uji menyeluruh terhadap kinerja industri kehutanan dan melakukan penegakan
hukum bagi industri yang bermasalah. Setelah tahapan ini, perlu dilakukan
penataan kembali kawasan hutan yang rusak dan juga menangani dampak sosial
akibat penghentian penebangan hutan, misalkan dengan mempekerjakan pekerja
industri kehutanan dalam proyek penanaman pohon.
Kemudian, bila telah tertata
kembali sistem pengelolaan hutan, maka pemberian ijin penebangan kayu hanya
pada hutan tanaman atau hutan yang dikelola berbasiskan masyarakat lokal.
Selama penghentian sementara [moratorium] dijalankan, industri-industri kayu
tetap dapat jalan dengan cara mengimpor bahan baku kayu. Untuk memudahkan
pengawasan tersebut, maka jenis kayu yang diimpor haruslah berbeda dengan jenis
kayu yang ada di Indonesia. Dan yang terpenting adalah mengembalikan kedaulatan
rakyat dalam pengelolaan hutan, karena rakyat Indonesia sejak lama telah mampu
mengelola hutan Indonesia.